Kamis, 11 November 2010

Edisi Seniman

Rasanya beberapa hari ini saya diliputi rasa penasaran karena otak lagi merangkum “Bagaimana memperkerjakan bakat?”. So, mumpung ada waktu untuk nulis diblog, saya akan mengikuti maunya si otak untuk berceloteh singkat. Sumbernya dari indra pendengar dan penglihat saya yang acap kali tak sengaja memantau narasumber.

Dari cerita keluarga saya dulu. Ehmmm, banyak yang gak kira kalu saya ini memiliki darah seniman (dikit) yang sebenarnya tak begitu peka untuk menjadi pelakon seni. Selain saya, dikeluarga ini juga ada kakak pertama mama yang lebih peka dengan orentasi seninya. Om saya HEBAT buat skesta yang berasal dari imajinasinya sendiri, mentatto, dan menggambar dengan detail. Itu tak ada di saya, karena saya ini hanya penikmat seni, bukanlah pelaku yang membuat karya seni. Nah, kalu diliat finalsial dari pekerjaanya, emang kurang memuaskan. Ia hidup sederhana dan cukup disayangkan tidak mencari pekerjaan yang bisa melancarkan penghasilan aktif. Belakangan ini malah dia kurang berusaha lebih gigih untuk membentuk bakatnya jadi pekerjaan yang luar biasa. Padahal aku sangat kagum sama bakatnya, “Cukup disayangkan ini terjadi padamu om.” Sering batinku berucap ketika bertemu beliau.

Mungkin bagi seniman, uang bukan karya yang bisa dibanggakan. Karya, akan trus ada dan menyatu dalam jiwa. Tapi uang, akan terus menghilang tanpa makna. Mereka lebih sering mendengar apa kata hati untuk bisa bertahan hidup. Karya yang mereka ciptakan seperti harta karun/barang berharga, dan itu melebihi kekayaan orang lain.

Intinyanya, ketika seorang seniman memutuskan akan hidup dengan keahliannya, maka Itu seperti berinvestasi dalam jangka panjang. Hasilnya tidak bisa dirasakan langsung, tapi bertahap, tergantung sebagaimana kerja keras dia untuk berusaha agar bakat ini bisa menghasilkan feedback yang baik.

Buat saya sendiri (kedepannya) akan tetap mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan pendapatan aktif setiap bulan. Demi mempertimbangkan ‘kenyataan hidup’ yang saya jalanin saat ini. Setelah itu beres, (mungkin) barulah saya akan memikirkan bagaimana hobby saya yang suka berimajinasi lewat kata bisa menghasilkan sesuatu. Toh, memprioritaskan kebutuhan bukan keinginan, sesuatu tindakan yang bijaksana.

1 komentar:

  1. Seni yang ada pada diri kita klu ditekuni scr serius bisa 'menghasilkan' sesuatu yang berguna bagi diri sendiri maupun org lain :)

    BalasHapus